Bog-Bog, Majalah Kartun Internasional Asal Bali

on Thursday, March 22, 2012

Majalah ini pertama kali terbit berada dibawah manajemen  PT. Bali Orti Grafiti. berdiri pada tanggal 1 April 2001  Tiga pendirinya merupakan kartunis Bali yaitu Janggo Pramartha, Cece Riberu dan Putu Ebo.

Mencintai Bali dengan mengkritisi, para kartunis ini mencoba mengangkat humor-humor segar mengenai kehidupan masyarakat dan budaya Bali. Mereka percaya setiap orang diberkati dengan sense of humor,  majalah ini diperuntukan bagi semua orang yang suka tertawa dan meliputi segala lapisan masyarakat.

Awal mula kehadirannya memang penuh perjuangan, sebelum menjadi sebuah majalah, pernah hanya sebagai pengisi rubrik dalam surat kabar, berpindah dari satu pameran ke pameran yang lain. dirasa kurang efektif, maka akhirnya dibuatlah majalah Bog-Bog.  Ide nama didapat Jango, dari tulisan stiker "Don't Say Bog Twice, Because It Means Bullshit" di sebuah toko kaus oblong di Kuta. Turis-turis yang membaca, kata Jango, malah berteriak "bog-bog" keras-keras. Kedengarannya enak, dan akrab di telinga orang Bali. Jadilah Bog-Bog menjadi nama majalah mereka.

Maskot Bog-Bog yang dikenal dengan Made Bogler kemudian menjadi ikon dari majalah ini. Bog-Bog bahasa Balinya berarti bohong, melandasi sebagian besar karya-karya kartun di majalah ini, maksudnya gambar-gambar yang ditampilkan tidak secara persis menggambarkan situasi dan kondisi Bali. Gambar-gambar kartun tersebut merupakan sebuah proyeksi kedepan berdasarkan data yang ada saat ini dan diolah secara kartunal, apabila sebuah permasalahan tidak disolusikan dengan benar maka akan menjadi kenyataan seperti yang tergambar dalam kartun. Kata Bog-Bog sendiri tanpa sepengetahuan penulis ternyata memiliki banyak arti yang unik diberbagai negara, dalam kosakata local di Inggris artinya adalah ‘toilet’ haha.Namun dalam bahasa Kroasia, artinya adalah ‘Tuhan’, ini menandai bahwa Bog-Bog memang cocok dalam pasar internasional.





Promosi Wisata, Tinggalkan Majalah di Pesawat
  ’’ Janggo Pramartha  ’’




Edisi pertama dilengkapi dengan beberapa bahasa Jepang karena awalnya diperuntukan tour guide sebagai buku panduan. Bog-Bog kemudia makin digemari oleh berbagai macam kultur di dunia, sehingga penggunaan bahasa Inggris dalam majalah Bog-Bog adalah tepat sebagai bahasa universal. Namun sebagai majalah kartun, bahasa gambar tetap menjadi bahasa yang dominan dalam majalah ini sehingga bagi mereka yang tidak mampu memahami bahasa Inggris dengan baik tetap akan mampu mengerti apa yang disampaikan oleh Bog-Bog Bali Cartoon Magazine. Kehadiran Bog-Bog kini telah diakui dengan penghargaan yang diberikan MURI sebagai majalah kartun pertama yang berbahasa inggris dan berbasis budaya lokal. Majalah Bogbog volume 9 terbitan 2010
                                                      

Selain memproduksi majalah, perusahaan ini bergerak dibidang adevertising dan graphic desain, Membuat desain kaos, corparate identity, dan sebagainya. Disamping itu para kartunis Bog-Bog juga menawarkan kemampuan mereka dalam mengubah seseorang menjadi karikatur yang unik dengan sketsa khas bog-bog. Bog Bog Magazine di buat dalam 2 bahasa, Inggris & Indonesia.

Majalah ini kembali bangkit setelah tragedi bom bali. Banyak investor baru berdatangan. mereka mendapatkan hak paten untuk nama Bog-Bog. Bahkan, menurut Jango, ada ratusan pekerja asing di Jakarta yang gara-gara melihat dan membaca Bog-Bog ketika berlibur ke Bali menjadi pelanggan majalah bulanan ini. "Bahkan beberapa artis kita, seperti band Gigi, juga berlangganan," kata Jango. Sekarang Bog-Bog dikawal sepuluh kartunis tetap yang wajib datang menjelang tenggat, tanggal 5 tiap bulan. Porsi iklan yang tak pernah lebih dari 30 persen-dari 34 halaman majalah membuat Jango melebarkan bisnisnya. Ia mendirikan perusahaan periklanan Bog Design, juga Bog-Bog Bali Cartoon Arcade yang menjual kaus dan aksesori Bog-Bog, sekarang harga Bog-Bog di Bali Rp 8.000 dan di luar Bali Rp 15 ribu. Meskipun tak ada yang tabu dikartunkan di Bali, bila menyerempet agama, mereka akan selalu mengkonsultasikan terlebih dahulu dengan para pedanda (pemuka agama Hindu)

Yang membuat saya tertarik mengulas bog-bog adalah saya berfikir kartunis-kartunis indonesia seharusnya bisa seperti janggo dkk, mind set kebanyakan orang adalah promosi kartun lewat superhero seperti gatot kaca dan sebagainya, itu memang bagus, namun cobalah untuk mengangkat tema dan ikon dari masyarakat masing- masing pulau agar lebih nyata dengan kondisi di era globalisasi ini, diluar Indonesia kita mengenal kartun the simpsons bahkan upin-ipin.yang notabene adalah buatan indonesia, semua mengusung tema perilaku sosial masa kini sehingga mudah dicerna dengan balutan yang lucu dan segar. Tidak harus dengan membuat film agar karya kita diakui, kesuksesan komik dan majalah seperti bog-bog pun dapat menginspirasi karya yang luar biasa.
Ranking: 5

{ 0 komentar... read them below or add one }

Post a Comment

 
© Youdapreneur | All Rights Reserved
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...