Mengapa Bisnis Online indonesia Susah Berkembang ?

Ya, ini masih menjadi sorotan utama. Potensi pasar di negara kita sangat besar, namun management infrastruktur belum begitu berkembang. Kita sudah terlanjur terpengaruh dengan budaya MLM dan Shorty Business sejak tahun 2005, jadi hingga sekarang iklan-iklan yang tampil jarang berkualitas. Distribusi belum sepenuhnya terpercaya dan belum memadai. Bayangkan butuh berapa hari transaksi bisnis yang terjadi ketika orang Aceh ingin membeli barang dari Papua ?  kita sering menjumpai hal ini pada jaringan iklan obat herbal.

Hal ini sangat bisa diperbaiki, dengan perbaikan jalur distribusi, akan ada efek domino yang bisa terjadi, jika pemesanan bertambah, kualitas sebuah distribusi juga akan meningkat. Penggunaan merek dagang berbadan hukum juga diperlukan agar lebih valid, apalagi setelah mengetahui Google resmi berada di Indonesia, jaringan internet akan mendorong kecepatan berselancar di daerah-daerah kecil. Bayangkan jika transaksi antar pulau hanya berjalan dalam tempo sehari, tentunya magnet bisnis online akan mejadi pedang yang sangat tajam.

Cara konvensional yang masih diterapkan saat ini menunjukkan ketidakpercayaan masyarakat kita untuk lebih Go Online, masih dengan cara bertemu tatap muka dan melihat barang janjian di suatu mall atau tempat perbelanjaan lainnya, maka disinilah badan hukum perlu digunakan, Di luar negeri orang tidak ragu membeli langsung karena pengiklan sudah terpercaya dan bersertifikat, Jadi lebih mengefisienkan waktu kerja dibanding harus bertatap muka.

Dari sisi advertising, saya yakin banyak kelompok brilian yang mampu membuat tampilan iklan premium yang dinamis dan menarik hati pembaca, dibanding dengan banner-banner ringan seperti pada tampilan iklan obat kuat.dan MLM. Tampilan iklan banner di Google masih yang terbaik hingga saat ini, namun masih berkutat pada lingkaran perusahaan besar dan dominasi iklan asing. Ini terobosan penting untuk para pengusaha lokal yang saya rasa omset perbulannya tidak main-main, tidak ada salahnya menjadi advertiser pada media terpercaya dibanding dengan membuat Website iklan sendiri. Membuat iklan juga jangan tanggung-tanggung, buatlah banner kualitas premium dan bukan sekedar tautan link.

Contoh, banner-banner premium di Google lebih banyak pada iklan penerbangan, perbankan, dan automotif, Bayangkan bila banner premium lokal bersaing seperti halnya Batik Go Online dari Pekalongan dan Solo, Distributor ikan laut dari Mina dan Sumatra, Jasa Hotel - Tour and Travels dari Karimun dan Lombok, atau iklan dari perusahaan batubara dan perusahaan komputer ternama dikawasan Sumatra dan Jogjakarta. Tentu akan lebih populer lewat sini, dengan harga yang lebih terjangkau dibandingkan dengan menyebar iklan pada media koran lokal, spanduk atau televisi, karena internet dibaca oleh seluruh pulau lokal bahkan internasional. Jangan ragukan kekuatan publisher pada blog-blog populer Indonesia, tema-tema yang diusung familiar dan beragam, Sinkron dengan penempatan tema bisnis yang diusung. Itu baru yang populer, belum lagi jaringan publisher medium yang punya banyak relasi. Jadi, hanya  dengan membuat sebuah iklan premium, dan menautkannya pada layanan penyedia iklan terpercaya. Iklan dapat dipublish dan familiar di mata orang banyak. Total pengakses internet di Indonesia jumlahnya meroket tajam, dan belum termasuk pembaca dari luar negeri.

Sebelum menutup ulasan ini, Saya akan beranalogi, Masih ingatkah kita dengan dominasi musik Eropa dan Asia berkibar di Indonesia sejak tahun 1990 ?  Semua itu terpatahkan hanya dengan sebuah genre musik "Melayu"  Terbukti masyarakat lokal lebih suka dengan mindset budaya asli, sehingga bisnis musik di Indonesia kembali meledak. Dan hingga ke negara tetangga, siapa yang diuntungkan ?

Inilah titik balik untuk lebih Go Online. Jika pengusaha-pengusaha lokal beromset tinggi Indonesia mulai bergerak pada hal diatas, Dalam beberapa tahun kedepan, bisnis online Indonesia akan menemui masa keemasannya dengan popularitas yang jauh diatas meninggalkan kompetitor asing karena sasaran utama kita adalah seluruh golongan masyarakat lokal pribumi.

Ranking: 5