Belajar Sukses Dari Pengusaha Bali

on Saturday, March 31, 2012

Saya sangat terinspirasi dengan Bali karena mereka masih kental membawa nilai-nilai keagamaan dan kekeluargaan dalam segala hal termasuk profesi bisnis.

Salah satu pengusaha sukses dari Bali pernah saya tulis dalam postingan Janggo Pramartha . Kita melihat para pengusahaa Bali yang masih eksis sampai sekarang sangat menjunjung tinggi pola profesionalisme dan keberagaman termasuk bermitra dengan orang luar pulau bahkan pihak internasional. Corak kultur dan budaya dipadukan dengan harmonis seperti kita lihat banyak villa dan homestay yang menawarkan wisata alam yang indah berpadu dengan budaya eksotis keagamaan, konteks keramahan Balinya sangat sengaja ditonjolkan sehingga inilah tonggak utama dunia mereka.

Paket perjalanan wisata internasional serempak dan banyak menuju pulau Bali tidak dipermasalahkan oleh masyarakat sekitar, justru devisa dan pundi-pundi akan lebih banyak masuk tanpa perlu takut budaya lokal akan luntur, mereka menghargai pihak asing, namun tegas terhadap kebijakan di pulaunya. saling hormat menghormati adalah kunci dari hal ini.

Menjaga keselarasan dan keseimbangan memang merupakan tradisi kuat dengan menggunakan falsafah ajaran agama mereka yaitu hindu. perihal ini diakui langsung oleh pakar marketing Hermawan Kertajaya Tri Hita Karana mengajarkan pembentukan karakter dengan menjaga keseimbangan antara tuhan, manusia, dan alam raya, contohnya seperti di setiap penginapan Bali akan selau menambah pura kecil setiap akan menambah kamar baru dan lingkungan disekitanya dibuat sangat asri, ini merupakan wujud sukur kepada tuhan dan keasrian alam.


Walaupun terus mendapat gempuran saingan bisnis dari pihak luar untuk membuka usaha di Bali, pengusaha lokal dan masyarakat tidak begitu banyak terpengaruh, mereka tetap sangat kuat menjaga kebudayaannya, dan tidak sedikit orang asing yang justru ikut masuk dalam budaya hidup lokal.

Tidak dipungkiri lagi mixing budaya dan bisnis dengan pihak asing akan lebih maju dibanding hanya usaha lokal. Disini kelebihan karakter 2 budaya berpadu masing-masing. Orang Bali menjunjung tinggi adat istiadat, sehingga keserakahan dan konsep bisnis yang hedonis tidak melekat terlalu erat pada dirinya, dipadukan dengan pihak asing yang disiplin, dan mengetahui standar global mutu pasar ekspor.

Ni Luh Putu Ary Pertami Djelantik adalah salah satu figur sukses dari cerita saya diatas. Ia bermitra dengan desainer mancanegara seperti Nicholas Vinetti, Charlie Joe, dan Tristan Blair membuat produk sepatu kemudian alas kaki dengan merek Nilou dan berbagai merek nama dari desainer mitra. Dibawah pemantauan CV Talenta Putra Dewata produk ini sudah beredar di 20 negara termasuk benua Amerika dan Australia. Dan satu hal yang perlu diketahui bahwa semua sepatu milik Julia Robert di film layar lebar Eat, Pray, Love sadalah produk ni luh. Produknya bisa kita temui di  D’designer Pasaraya Grande dan Grand Indonesia. Merk sandal Nilou dibanderol Rp 500.000-  Rp 4,5 juta per pasang.



“Biarlah produk saya saja yang berbicara,” 

 Nilou Creative Director 
Ni Luh Putu Ary Pertami Djelantik 


Ada beberapa hal lagi yang patut kita contoh selain pola tri hita karana, Pengusaha Bali tidak hedonis dengan serakah berlebihan, Kekeluargaan dan gotong royong walaupun terhadap beda ras maupun rumpun bangsa, adaptif terhadap modernisasi global dan tetap berusaha profesional, dan yang terahir adalah kepercayaan mereka terhadap hukum karma dunia.

Ranking: 5

{ 0 komentar... read them below or add one }

Post a Comment

 
© Youdapreneur | All Rights Reserved
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...